Jumat, 25 April 2008


Mensiasati Injury time Dengan Pembelajaran Paikem
Oleh Rahmi Agustina, S.Si, M.Pd


Injury time dalam pertandingan sepak bola adalah saat-saat terakhir yang sangat menentukan, jika sebelumnya skor pertandingan seri tentu akan sangat menyakitkan jika terjadi gol pada saat menentukan tersebut. Injury time yang saya maksudkan di sini adalah jam belajar terakhir. Umumnya di semua sekolah jam belajar akhir berlangsung sekitar pukul 12.20 s/d 13.20. Biasanya siswa mengalami krisis minat dan motivasi belajar pada jam-jam tersebut; Apalagi jika pada jam belajar akhir diisi dengan pelajaran yang eksakta, (pelajaran yang sama sekali tidak popular di kebanyakan siswa). Pada injury time, Pengalaman penulis amati banyak siswa yang mengantuk, lapar, bosan, perasaan ingin segera pulang, dan lain-lain. Jika hal ini terus terjadi tentu akan berakibat tidak baik pada kegiatan belajar mengajar dan ujung-ujungnya berakibat fatal pula pada hasil belajar siswa. Guru dapat mengatasi hal tersebut dengan pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.


Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah mengajar dengan pembelajaran yang aktif inovatif kreatif dan menyenangkan, (paikem). Banyak metode mengajar yang dapat di “paikemkan” sebenarnya. Terserah gurunya mengajar dengan model, metode, strategi apa, tapi dalam melaksanakan di kelas guru melakukannya dengan paikem. Di era globalisasi sekarang mestinya guru dapat mengajar dengan lebih menyenangkan, saya pikir tidak zamannya guru mengajar jaim dan jumawa, sok menjaga wibawa, memperlihatkan performance sedemikian rupa sehingga siswa akan sangat segan (baca:takut) kepadanya, (jangankan menegur dengan sopan melirik saja mungkin siswa tidak berani), saya pikir sekarang siswa justru lebih menghargai kepada guru yang bersahabat, ramah, dan tentu saja akan lebih sangat dihargai lagi jika guru tersebut cerdas dalam bidangnya dan cerdas dalam mengelola kelas. Bagaimana caranya guru bisa membuat siswa tertarik untuk belajar dengannya dan akan ‘rindu’/menanti –nanti datangnya jam belajar pelajaran itu lagi. Tidak malah sebaliknya siswa akan sakit perut jika mengingat akan bertemu dengan pelajaran dan guru tersebut, (kasihan gurunya ya…).

Pada dasarnya belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, bila menginginkan hasil belajar yang lebih baik. Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan memberi kemungkinan kepada siswa agar terjadi proses belajar yang efektif agar dapat mencapai hasil yang sesuai tujuan. Permasalahannya adalah apakah cara yang dilakukan oleh guru maupun siswa tersebut sudah sesuai dan dapat mempermudah pencapaian sasaran yang diinginkan?.

Dalam sejarah pendidikan di negara kita, dalam kurun waktu yang lama pendidikan digunakan “penguasa” untuk melestarikan sistem dan nilai yang menguntungkan mereka. Cukup lama siswa dibuat menjadi korban untuk menjadi “yes people”, manusia penurut. Dalam filsafat klasik itu, siswa dianggap orang yang belum tahu apa-apa dan mereka harus diberitahu oleh guru. Dampaknya sistem pembelajaran lebih menekankan guru yang aktif dan siswa pasif menerima (Suparno, 1997). Jika pembelajaran yang seperti ini yang diterapkan pada saat injury time, mungkin siswa tidak akan menikmati (belajar dengan bergairah) pada jam tersebut,

Sebaliknya menurut filsafat kontruktivisme, pengetahuan itu merupakan bentukan siswa yang sedang belajar. Dalam hal ini guru tidak dapat memaksakan “pengetahuannya” kepada siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana membantu siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka dan bukan bagaimana memaksa siswa menerima segala sesuatu yanag diinformasikan oleh guru. Dalam pendekatan ini, yang penting bagaimana siswa menggeluti bahan, mengolah, menganalisis, dan merumuskannya. Pendekatan seperti ini disebut pendekatan ketrampilan proses dengan prinsip student active learning. Dalam hal ini Slavin (1994) menyebutkan bahwa “ Learning is much more than memory for student to really understand and be able to apply knowledge. They must work to solve problems, to discover things for themselves, to wrestle with ideas”. Menurut teori ini dalam belajar siswa tidak hanya menghafal tapi harus memahami. Kesimpulannya kalau saya bilang sih: kontruktivis sangat bisa di’paikem’kan.

Berikut adalah uraian konsep pembelajaran paikem menurut depdiknas yang saya kutip melalui Blog Indonesia Diterbitkan Januari 22, 2008 kurikulum & pembelajaran Tags: kurikulum, manajamen pendidikan, PAKEM, pembelajaran.


Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
ü Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.


ü Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan,) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

ü Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

ü Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

ü Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

ü Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

ü Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.


ü Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan kita para guru juga siswa-siswa kita akan terus berminat tinggi selama proses pembelajaran, sampai jam belajar akhir.

Penulis adalah guru biologi sman 1 sigli
Email: ami.binti.asyar@gmail.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

salam kenal
... mengajar dengan pembelajaran yang aktif inovatif kreatif dan menyenangkan..., kunjungi http://pcahyono.blogspot.com/

Salam kreatif...